Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata:
"Kemudian para penempuh "Iyyaka Na'budu (Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah)" dalam melihat ibadah yang paling utama dan paling bermanfaat serta paling layak untuk ditempuh secara khusus terbagi menjadi empat golongan:
Golongan pertama berpendapat bahwa ibadah yang paling bermanfaat dan paling utama adalah yang paling berat dan paling sulit bagi jiwa. Mereka beralasan, karena dia menjadi orang yang paling jauh dari hawa nafsu, dan itulah hakikat ta'abbud yang sebenarnya.
Golongan kedua berpendapat bahwa ibadah yang paling utama adalah hidup susah, zuhud di dunia, sedikit mungkin mengkonsumsi dunia, dan tidak memberikan perhatian terhadap sesuatu yang berhubungan dengan dunia.
Golongan ketiga berpendapat bahwa ibadah yang paling bermanfaat adalah apabila di sana terdapat manfaat yang banyak. Mereka mengatakan bahwa hal itu lebih utama dari pada amal yang memiliki manfaat yang lebih terbatas. Mereka berpendapat bahwa amal yang paling utama adalah membantu orang-orang fakir, menyibukkan diri dengan segala hal yang bermanfaat bagi orang banyak, mencukupi kebutuhan mereka, membantunya dengan harta, kehormatan dan manfaat, membela dan beramal di wilayah itu.
Golongan keempat berpendapat bahwa ibadah yang paling utama adalah untuk mencari ridha Allah Ta'ala pada setiap waktu sesuai dengan tuntutan waktu dan kondisinya. Maka ibadah yang paling utama disaat ada jihad adalah jihad, meskipun untuk saat itu dia harus meninggalkan beberapa amal sunnah seperti shalat malam, puasa di siang hari, bahkan meski pun dia kehilangan kesempurnaan shalat fardhu seperti ketika dia dalam keadaan aman.
Ibadah yang paling utama ketika kedatangan tamu misalnya adalah menunaikan haknya, mengisi dengan hal-hal yang disunnahkan, begitu pun dalam menunaikan hak istri dan keluarga. Ibadah utama di waktu sahur (menjelang fajar) adalah mengisinya dengan shalat malam, membaca al-Qur'an, berdoa, berdzikir dan istighfar. Ibadah yang paling utama ketika membimbing murid atau memberikan pelajaran kepada orang jahil adalah konsentrasi dengan pengajarannya. Ibadah yang paling utama ketika mendengar adzan adalah meninggalkan wirid apa saja yang sedang dikerjakan lalu menjawab adzan. Ibadah yang paling utama ketika masuk shalat lima waktu adalah antusias dan berusaha untuk menjalankan shalat dengan sesempurna mungkin, bersegera untuk melaksanakannya di awal waktu dan berangkat ke masjid untuk berjamaah. Semakin jauh rumahnya maka semakin utama menurut Nabi. Ibadah yang paling utama di saat bertemu orang yang membutuhkan bantuan darurat berupa kehormatan, badan atau harta adalah dengan membantunya, menghilangkan kesulitannya, dan lebih memprioritaskan hal itu dari pada amal-amal sunnah atau wirid dalam kesendiriannya.
Ibadah yang paling utama ketika membaca al-Quran adalah menghadirkan hati, antusias untuk menghayati dan memahaminya. Hingga seakan-akan Allah Ta'ala berbicara dengan anda, sehingga bulatkan hati anda dalam menghayati dan memahamiya. tekad untuk segera mengamalkan perintah-perintah-Nya lebih bulat dari pada tekadnya seandainya datang sepucuk surat dari sang raja. Ibadah paling utama pada saat wuquf di Arafah adalah bersungguh-sungguh merendahkan diri di hadapan Allah, berdzikir tanpa disertai puasa yang dapat melemahkan ia dari amal tersebut. Ibadah yang paling utama pada hari kesepuluh Dzulhijjah adalah memperbanyak ibadah, terlebih bacaan takbir, tahlil dan tahmid. Karena amal tersebut lebih utama daripada jihad di saat jihad bukan menjadi fardhu 'ain.
Ibadah yang paling utama ketika berada sepuluh terakhir di bulan Ramadhan adalah berada di dalam masjid, berkhalwat di dalamnya dan beri'tikaf tanpa berbaur dengan orang-orang. Bahkan hal itu lebih utama dari pada menghadiri majelis ilmu maupun membaca al-Quran menurut pendapat banyak ulama. Ibadah yang paling utama di saat ada saudara muslim yang sakit atau ada yang meninggal adalah dengan menjenguknya, menghadiri jenazah dan mengantarkannya, hal itu lebih diprioritaskan dari pada menyendiri atau berkumpul dengan orang lain. Ibadah yang paling utama ketika ditimpa musibah atau disakiti oleh orang adalah wajib bersabar dan tetap berbaur dengan mereka serta tidak menjauh dari mereka. Karena seorang mukmin yang berbaur bersama manusia lalu bersabar terhadap gangguan mereka itu lebih utama dari yang tidak berbaur dan tidak mendapatkan gangguan.
Ibadah yang paling utama adalah berbaur dengan manusia dalam kebaikan, hal itu lebih utama dari pada menjauhi mereka untuk melakukan kebaikan juga. Sedangkan menjauhi manusia tatkala berbuat keburukan adalah lebih utama dari pada berbaur dengan mereka untuk berbuat jahat. Jika dia mengetahui bahwa ketika dia berbaur dengan mereka itu akan mampu menghilangkan atau mengurangi keburukan , maka berbaur dengan mereka lebih utama dari pada mengasingkan diri. Ibadah yang paling utama pada setiap waktu dan kondisi adalah mendahulukan ridha Allah di setiap waktu dan kondisi, menyibukkan diri dengan apa yang menjadi kewajiban, tugas dan tuntutan ketika itu.
Mereka inilah ahli ibadah mutlak, sedangkan tiga golongan sebelumnya adalah ahli ibadah muqayyad (yang terikat oleh kecendrungan tertentu), ketika menghadapi jenis ibadah yang tidak sesuai dengan kecendrungannya dia merasa ada kekurangan dan seakan telah meninggalkan sebagian ibadahnya, sehingga dia beribadah kepada Allah hanya dari satu sisi saja. Adapun ahli ibadah mutlak, dia beribadah bukan untuk mengikuti kecendrungannya, tetapi mengikuti apa yang diridhai Allah Ta'ala, kapan dan dimanapun itu, dia selalu beribadah diatasnya. Dia terus berpindah dari satu fase ibadah kepada ibadah yang lain. Ketika ia telah singgah pada satu fase dia pun melanjutkan pada fase yang lain lalu dia menyibukkan diri dengannya sehingga datang fase berikutnya. Inilah kebiasaannya dalam menempuh perjalanan ibadahnya hingga akhir perjalanan. Jika anda melihat rombongan para ulama, maka anda melihat dia bersama mereka. Jika anda melihat segolongan orang yang beribadah, anda pun akan mendapatkan dia di sana. Jika anda melihat rombongan para mujahidin, maka dia pun ikut serta bersama mereka. Jika anda menyaksikan orang-orang yang tengah berdzikir, anda pun akan mendapatkan dia di sana. Jika anda melihat segolongan orang yang bersedekah dan berbuat baik, anda akan melihat dia berada di tengah mereka. Jika anda melihat orang-orang yang hatinya terkait dengan Allah, anda pun akan mendapatkan dia di sana. Dialah ahli ibadah mutlak, yang tidak terbelenggu oleh satu jenis ibadah, tidak pula terikat oleh satu ikatan kecendrungan, apa yang diamalkan bukanlah apa yang sesuai dengan seleranya atau yang ia merasa enjoy dan nikmat dengannya, tetapi ibadahnya adalah sesuai dengan kehendak Rabb-nya, meskipun dia dapatkan kelezatan ada di tempat yang lain. Inilah orang yang mampu merealisasikan dengan benar "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin" (Hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan).
Dia menegakkannya dengan tulus, pakaiannya pantas, makannya mudah, kesibukannya adalah menunaikan apa yang diperintahkan oleh Allah sesuai dengan tuntutan waktu, duduknya dipenghabisan majlis atau dimana dia dapatkan tempat yang kosong, tidak terikat dengan satu kecendrungan, tidak menghamba dengan satu bentuk ikatan, tidak terpancang pada satu titik, dia beribadah dengan merdeka, berputar bersama perintah kemanapun dia berputar, beragama sesuai dengan kehendak yang memerintah kemanapun kendaraan diarahkan. berputar bersamanya (perintah Allah) ke manapun Allah mengendalikannya, merasa cocok dengan segala yang sesuai dengan posisinya, pecinta kebatilan tak akan mendapatkan dia di sampingnya. Dia bagaikan hujan, dimanapun turun akan membawa manfaat. Dan seperti pohon kurma yang tidak rontok daunnya, seluruh bagiannya bermanfaat sekalipun durinya. Dia berlaku keras terhadap orang-orang yang suka menyalahi aturan-aturan Allah, akan marah begitu apa-apa yang diharamkan Allah dilanggar, dia milik Allah, berbuat karena Allah dan senantiasa bersama dengan Allah, dia bersama Allah tanpa ditemani makhluk, bergaul bersama manusia tanpa egois. Bahkan ketika sedang bersama Allah dia pun memisahkan diri dari mereka. Namun, ketika bergaul dengan makhluk-Nya, dia hilangkan rasa egoisnya. Alangkah asingnya ia di tengah manusia, alangkah selamatnya dia dari pengaruh negatif manusia, alangkah dekatnya ia dengan Allah dan betapa gembiranya ia bersama Allah, tenang dan tenteram bersama-Nya, Allah tempat memohon pertolongan dan kepada-Nya kita bertawakkal.
Diringkas dari kitab Madaarijus Salikin Karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar