Laman

Selasa, 24 Mei 2011

4 Malaikat Inilah Yang Akan Mendatangi Kita Ketika SAKIT


Tak perlu Anda bersedih dalam sakit karena itu adalah ujian dalam ibadah Anda. Salah satu bukti kasih sayang-NYA adalah, Tuhan mengutus 4 malaikat untuk selalu menjaga kita dalam sakit. Berikut adalah penjelasannya;

“Apabila seorang hamba yang beriman menderita sakit, maka Allah memerintahkan kepada para malaikat agar menulis perbuatan yang terbaik yang dikerjakan hamba mukmin itu pada saat sehat dan pada saat waktu senangnya.”
Ujaran Rasulullah SAW tsb diriwayatkan oleh Abu Imamah al Bahili. Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda :

"Apabila seorang hamba mukmin sakit, maka Allah mengutus 4 malaikat untuk datang padanya."
Allah memerintahkan :
1. Malaikat pertama untuk mengambil kekuatannya sehingga menjadi lemah.
2. Malaikat kedua untuk mengambil rasa lezatnya makanan dari mulutnya
3. Malaikat ketiga untuk mengambil cahaya terang di wajahnya sehingga berubahlah wajah si sakit menjadi pucat pasi.
4. Malaikat keempat untuk mengambil semua dosanya , maka berubahlah si sakit menjadi suci dari dosa.

Tatkala Allah akan menyembuhkan hamba mukmin itu, Allah memerintahkan kepada malaikat 1, 2 dan 3 untuk mengembalikan kekuatannya, rasa lezat, dan cahaya di wajah sang hamba.

Namun untuk malaikat ke 4, Allah tidak memerintahkan untuk mengembalikan dosa2nya kepada hamba mukmin. Maka bersujudlah para malaikat itu kepada Allah seraya berkata : "Ya Allah mengapa dosa2 ini tidak Engkau kembalikan?”

Allah menjawab : “Tidak baik bagi kemuliaan-Ku jika Aku mengembalikan dosa2nya setelah Aku menyulitkan keadaan dirinya ketika sakit. Pergilah dan buanglah dosa2 tersebut ke dalam laut.”

Dengan ini, maka kelak si sakit itu berangkat ke alam akhirat dan keluar dari dunia dalam keadaan suci dari dosa sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Sakit panas dalam sehari semalam, dapat menghilangkan dosa selama setahun.”

Maa syaa Allah, Laa Quwwata Illaa Billaah

Sumber : http://situslakalaka.blogspot.com

Kisah Pohon Apel


Ada sebuah pohon apel yang besar. Seorang anak laki-laki senang bermain-main di pohon itu. Ia bermain setiap hari, memanjat pohon itu, memetik buah apelnya, dan tidur di bawah pohon itu. Ia menyukai pohon itu, dan sang pohon juga senang bermain dengannya.

Waktu berlalu. Anak lelaki itu tumbuh besar dan tak lagi bermain di pohon itu. Suatu hari, ia mendatangi pohon itu dengan wajah murung. "Ayo bermain bersamaku," kata sang pohon.
"Tidak. Aku bukan anak kecil lagi,” kata si anak. ”Aku tidak mau bermain bersamamu lagi. Aku ingin beli mainan saja. Tapi aku tak punya uang.”

"Maaf, aku tak bisa memberimu uang. Tapi kamu bisa memetik buah apel-apelku dan menjualnya supaya bisa dapat uang,” kata sang pohon.

Anak lelaki itu gembira dan memeluk pohon apel itu, lalu pergi dengan riang. Sang pohon merasa sedih karena setelah memetik apel-apelnya, anak lelaki itu tak pernah datang lagi.

Suatu hari, anak lelaki itu kembali. Dia sudah tumbuh dewasa. Sang pohon merasa gembira. ”Ayo bermain denganku,” katanya. Anak lelaki itu menggelengkan kepala.
"Tidak. Aku tak punya waktu untuk bermain-main. Aku harus kerja untuk membiayai keluargaku. Kami butuh rumah buat tinggal. Kau bisa menolongku?”

"Maaf, aku tidak punya rumah. Tapi kamu bisa memotong cabang-cabang pohonku untuk membangun rumahmu.”

Anak lelaki itu segera menebang cabang-cabang pohon itu dengan gembira, kemudiania pergi dan tak datang lagi. Sang pohon merasa sedih, sendirian dan kesepian.

Suatu hari, anak lelaki itu datang lagi. Sang pohon merasa gembira. “Ayo bermain denganku,” katanya. Anak lelaki itu berkata, "Tidak. Aku sudah tua. Aku ingin pergi berlayar untuk menangkan diriku. Bisakah kau memberiku perahu?”

"Pakailah ranting-rantingku untuk membuat perahu. Kamu bisa berlayar jauh dan menenangkan diri.”

Anak lelaki itu pun menebang ranting-ranting pohon untuk membuat perahu. Ia pergi berlayar jauh dan lama tidak kembali.

Akhirnya, suatu hari anak lelaki itu kembali setelah bertahun-tahun perg. Sang pohon berkata dengan sedih, “Maafkan aku, aku tak punya apapun lagi yang bisa kuberikan untukmu. Tak ada lagi buah apel untuk dimakan. Tak ada ranting untuk dipanjat. Aku sungguh tak punya apapun. Satu-satunya yang tersisa cuma akar-akarku yang sudah tua,” kata sang pohon dengan berlinang air mata.

"Aku tak butuh apapun,” jawab si anak. ”Aku hanya butuh tempat istirahat. Aku sudah tua dan lelah sekali belakangan ini.”

"Bagus! Akar-akar tua adalah tempat terbaik untuk istirahat. Duduklah dan tidurlah di sini.”

Anak lelaki itu pun duduk dan tidur di akar pohon itu. Sang pohon tersenyum sambil meniitikkan air mata. Meskipun sudah begitu lama si anak tidak mau bermain dengannya lagi, dan hanya datang untuk pergi, namun di masa tuanya, ia masih bisa memberi.

Kalau direnungkan, cerita ini adalah cerita tentang kita semua. Sang pohon apel adalah orang tua kita.

Ya. Ketika masih kecil, kita senang bermain dengan kedua orangtua. Saat tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan kembali hanya bila kita sedang butuh atau menghadapi masalah. Namun apapun yang terjadi, orang tua kita akan selalu ada, siap memberi apapun yang mereka miliki untuk membuat kita bahagia. Mungkin Anda berpikir, betapa kejamnya si anak lelaki dalam cerita ini, tapi begitulah cara kita semua memperlakukan kedua orang tua kita, bukan?

Sumber : http://situslakalaka.blogspot.com

Sebuah Doa Terindah Rosulullah Yang Justru TAK POPULER


TIDAK ada orang mau miskin. Semua mau kaya, mau rizkinya makmur, mau hidupnya mewah, mau urusan duniawinya dimudahkan. Tidak ada yang mau miskin, kekurangan, apalagi melarat.

Semua mau hidup senang di dunia, mewah dan berlebihan tanpa memikirkan apa yang menimpa terhadap dirinya dari kekayaan yang diberikan kepadanya. Bahkan sebagian dari mereka berusaha agar bisa kaya dengan cara apapun. Dengan cara halal atau dengan cara haram. Semua cara dilakukan, yang penting bisa kaya dan berhasil.

Banyak sekali do’a-do’a yang diajarkan Nabi kita Muahammad saw agar bisa kaya, banyak rizki dan hidup senang, diantaranya yang diriwayatkan oleh Abu Abdullah Muhammad al Qurtubi dalam tafsirnya yang menulis bahwa kebaikan di dunia sangat luas mencakup diantaranya: kesehatan, istri yang soleh, anak dan keturunan, ilmu, ibadah dan pula harta benda dan kekayaan. Ini semua termasuk dalam katagori kenikmatan duniawiah.

Di lain ayat Allah berfirman “dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi”. Alqashash 77

Di samping do’a-do’a yang diajarkan untuk rizki makmur, ada pula do’a-do’a yang TAK POPULER di zaman ini yang diajarkan Rasulallah saw agar meminta kepada Allah kemiskinan

“Ya Allah, hidupkan aku miskin. Matikan aku miskin. Dan kumpulkan aku kelak di Padang Mahsyar ke dalam kelompok kaum miskin”.

Doa diatas tadi jarang sekali dibaca tapi memang itu kenyataan doa yang diajarkan Rasulallah saw agar meminta kepada Allah kemiskinan.

Suatu ketika Rasulallah pernah ditanya tentang surga dan ahlinya, beliau menjelaskan bahwa penghuni yang paling banyak di surga adalah orang miskin. Yang dimaksud disini tentu bukan semua orang miskin masuk surga. Akan tetapi kebanyakan penghuni surga adalah orang miskin yang sabar, soleh, taat kepada Allah dan banyak beribadah.

Miskin. Siapa suka miskin? Semua lari dari kemiskinan dan takut miskin. Ini kenyataan hidup sekarang ini. Tidak ada orang ingin hidup miskin. Boro-boro ingin jadi miskin, bermimpi jadi orang miskin atau bertemu dengan kemiskinan atau kesusahan saja sama sekali tidak terbayang kaleeee.

Tapi kalau kita teliti dengan seksama memang itulah kenyataan sebagian falsafah hidup yang diajarkan Rasulallah saw kepada kita. Dan Beliau sendiri ternyata hidup dalam kondisi miskin meski harta datang kepadanya bertumpuk tumpuk. Ketika beliau wafat, tak ada harta yang diwariskan untuk keluarganya dan diketahui baju besinya masih tergadai pula. Rahasia apa sebenarnya yang terkandung dalam gaya hidup seperti beliau itu ?

Begitu pula para sahabat nabi mayoritasnya mereka hidup dalam kekurangan dan kemiskinan. Hidup berlebihan atau kaya sangat jarang kita dapatkan dalam kisah kehidupan para sahabat Rasulullah. Ada diantara mereka yang kaya seperti misalnya Ustman bin Affan dan Abdurahman bin Auf, tapi mereka pun berusaha menginfakan dan rela mengeluarkan hartanya ke jalan Allah AGAR JADI MISKIN.

Imam besar Ali ra hidup miskin dan serba kekurangan. Bahkan setelah menikah dengan Fatimah binti Rasullah beliau tidak mampu mengambil seorang pembantu. Ketika istrinya, Fatimah, datang kepada Ayahnya minta kepada beliau seorang pembantu. Rasulallah pun berkata “Wahai anakku bersabarlah. Sesungguhnya sebaik baiknya wanita adalah yang bermanfaat bagi keluarganya”

Contoh lainnya, pernah satu ketika Rasulallah saw datang melancong ke rumah anaknya, Fatimah. Ketika beliau melihat anaknya mengenakan giwang dan rantai terbuat dari perak, begitu pula beliau melihat selot pintu rumahnya terbuat dari bahan sejenis perak, Rasulallah segera keluar dari rumahnya dan kelihatan tanda tanda kemarahan di wajah beliau. Beliau naik ke atas mimbar.

Fatimah pun mengetahui maksud kemarahan ayahnya. Maka dicopotilah giwang, rantai dan selot pintu yang terbuat dari perak dan segera diserahkannya kepada Nabi di atas mimbar seraya berkata “Jadikanlah semua ini di jalan Allah, ya abati”.

Ya Allah Ya Robb, adakah lagi perempuan perempuan sekelas fatimah ra di zaman ini ??
http://www.blogger.com/img/blank.gif
Wahai kaum muslimin, seandainya dunia ini bernilai di sisi Allah sebesar sayap nyamuk, maka tidak ada satu orang kafir diberi minum setetes pun”

Lalu, mengapa Rasulallah saw mengajarkan doa jadi miskin? Rahasia apa sebenarnya yang terkandung dalam doa dan contoh yang beliau berikan ?

Orang kaya yang hanya memikirkan diri sediri, serakah, tamak, dan kikir, orang semacam ini dikatagorikan orang kaya tapi berjiwa miskin. Sebaliknya orang miskin yang menerima nasib, bersabar, tabah dengan segala musibah yang menimpah dirinya, dan ridho serta bersyukur dengan apa yang telah diberikan Allah, ia adalah ORANG MISKIN YANG BERJIWA KAYA.

Sumber : http://situslakalaka.blogspot.com

Kisah Ayah, Anak, Dan Burung Pipit


Suatu sore saat langit cerah namun teduh, dengan angin bertiup semilir, di halaman sebuah rumah berpagar tinggi, seorang ayah yang telah lanjut usia dan anak lelakinya yang masih muda tampak sedang duduk dibangku taman. Bersantai sambil menikmati suasana sore hari yang nyaman.

Sang anak asyik membaca koran, sedang sang ayah tampak hanya diam terpekur memandangi tanaman. Ketika tiba-tiba seekor burung pipit hinggap di dedaunan tanaman yang berada didekat sang ayah, ia bertanya kepada anaknya,
"Nak, Apakah itu?".

Setelah melihat sejenak kearah tanaman sang anak menjawab ringan,
"Itu burung pipit yah", kemudian ia melanjutkan membaca koran.

Sang ayah memandang kearah burung itu lagi, kemudian bertanya kembali,
"Apa itu nak?"
"Sudah aku katakan burung pipit yah", jawab si anak dengan nada sedikit kesal.

Sang ayah masih memandangi burung pipit tersebut, yang tak lama kemudian terbang dan hinggap kembali di tanah disisi lain dari halaman tersebut. Dengan pandangan yang masih lekat pada burung itu kembali sang ayah bertanya,
"Itu apa sih nak?".
"Burung pipit ayah . . burung pipit . ." jawab sang anak yang kesal. "P . . I. . P. . I. . T !" lanjut sang anak sambil mengeja dengan marah.

Sang ayah yang masih ragu dengan penglihatannya yang mulai kurang baik, bertanya kembali,
"Apakah itu?"
Kali ini sang anak benar-benar marah dengan nada keras ia menjawab,
"Mengapa ayah menanyakan ini terus-menerus?! Bukankah sudah berulang kali kukatakan bahwa itu burung pipit . . tidak bisakah engkau mengerti!!"

Mendengar hardikan anaknya, sang ayah yang merasa sakit hati kemudian bangkit dari duduknya untuk masuk ke dalam rumah.
"Mau kemana?!" tanya sang anak.
Sang ayah tidak menjawab hanya memberikan isyarat tangan yang berarti "sudahlah" dan melanjutkan langkahnya ke dalam rumah dengan langkah gontai dan hati yang sedih.

Sang anak meskipun kesal menyadari bahwa ia tidak sepantasnya membentak ayahnya yang telah lanjut usia. Tapi peristiwa tadi memang sungguh membuatnya kesal dan menghilangkan selera untuk meneruskan membaca koran.

Saat sang anak masih termanggu, sang ayah kembali sambil membawa sebuah buku yang ternyata adalah buku hariannya. Sang ayah duduk kembali disebelah anaknya, sambil membolak-balik halaman buku seperti mencari sesuatu.
Setelah ketemu halaman yang dicarinya ia sodorkan buku harian tersebut ke tangan anaknya, sambil menunjuk bagian yang ia ingin agar anaknya membacanya.

Sang anak menerima buku harian tersebut dan melihat bagian yang ditunjukkan oleh ayahnya. Sebelum ia mulai membaca ayahnya berkata,
"Yang keras ya . ." Ia ingin agar anaknya membaca buku hariannya dengan suara yang dapat terdengar jelas.

"Hari ini putraku yang paling bungsu, yang beberapa hari yang lalu genap berusia 3 tahun" Sang anak mulai membaca,
"Sedang duduk bersamaku di bangku sebuah taman . . ketika tak lama kemudian ada seekor burung pipit yang hinggap dihadapan kami"
"Putraku bertanya hingga 21 kali padaku . . apakah itu?"
"Aku jawab sebanyak 21 kali sebanyak ia bertanya, bahwa itu adalah burung pipit"
"Aku selalu memeluknya dengan bahagia setiap kali ia bertanya dan mengulangi pertanyaannya"
"Sekali lagi dan lagi . ."
"Tanpa sedikitpun aku merasa kesal, karena ia adalah putra kecilku dengan wajah tanpa dosa dan dengan rasa ingin tahunya yang besar, aku malah merasa bahagia dan senang"

Sampai disitu sang anak berhenti membaca, apa yang barusan dibacanya bukan hanya membuatnya menyadari kesalahannya, tapi membuatnya sungguh menyesal telah memperlakukan ayahnya seperti tadi.

Sang anak terdiam, memandang ayahnya sejenak, dengan mata berkaca-kaca menahan tangis ia memeluk dan mencium kening ayahnya.

Meskipun tidak ada kata-kata apapun yang terlontar dari mulut anaknya, sang ayah tahu bahwa putra kesayangannya telah menyadari kesalahannya, ciuman dan pelukan eratnya adalah tanda permintaan maaf darinya. Sang ayahpun tersenyum bahagia. Suasana sore yang indah menjadi terasa semakin indah.

Sumber : http://situslakalaka.blogspot.com

Satu Satunya Bangsa Yang Dikutuk Sejak Kitab Suci Diturunkan

بسم الله الرحمن الرحيم

Bangsa manakah di dunia ini yang paling berpengalaman menerima sumpah serapah, kutukan, serta laknat? Dalam sejarah dan peradaban modern kehidupan manusia, kita menduga itu adalah BANGSA ISRAEL.

Tetapi ternyata, jauh sebelum kosakata modernitas muncul, yakni sejak kitab-kitab suci diturunkan ke bentangan alam semesta, alias sejak ribuan tahun yang lalu, bangsa yang "memproduksi" banyak nabi dan rasul itu bahkan sudah menjadi "bahan" kutukan berantai, turun-temurun, entah sampai kapan.

Mereka dikutuk karena kelakuan yang durjana, kebiadaban yang tak terukur, hingga kenekatan mereka menyembelih nabi Allah. Bahkan, untuk urusan sembelih-menyembelih, bangsa Israel memiliki pengalaman yang luar biasa menakjubkan. Jika dalam bentangan kurun waktu puluhan tahun belakangan muncul jagal-jagal kemanusiaan kelas dunia, hampir sebagian besar dari bumi Israellah asal mereka.

Ingat Ariel Sharon? Dia salah satunya. Arsitek kekejaman lembah Shabra dan Shatilla, Lebanon Selatan, puluhan tahun lalu. Begitu kejamnya, Sharon pernah menyandang julukan yang membuat dingin dan gemetar semua tengkuk anak cucu Adam. Ia menyandang julukan yang hanya biasa dipakai di dunia hitam, seperti "Jenderal Haus Darah", "Awan Kelabu Bagi Timur Tengah", "Tokoh Zionis Berdarah Panas", dan "Kreator Ladang Pembantaian."

Julukan-julukan yang bukan semata isapan jempol. Pembantaian sadis, 16 September 1982 itu, terjadi di kamp pengungsi. Bulan Sabit Merah mencatat lebih dari 2.000 Muslim, kebanyakan wanita dan anak-anak, tewas mengenaskan. Sharon, tentu bukan satu-satunya jagal haus darah dari Israel. Karena tabiatnya yang ceroboh, berkepala batu, berlebihan, melampaui batas, mempermainkan firman Tuhan, menistakan para utusan-Nya, hingga kini bangsa Israel selalu menjadi bahan kutukan alam semesta.

Bahkan, meski dinilai secara politik sudah didesak agar bergerak ke tengah, Ehud Olmert juga pernah digadang-gadang sebagai tukang jagal baru, menyusul terjadinya pengeboman di Kota Qana yang menewaskan 56 orang, 37 di antaranya anak-anak dan wanita. Kekerasan nyaris selalu menyertai Israel sejak era David Ben Gurion, Moshe Sha-reet, Levi Eshkol, Yigal Allon, Golda Meir, Yitzhak Rabin, Menachem Begin, Yitzhak Shamir, Shimon Perez, Benyamin Netanyahu. Ehud Barak, Ariel Sharon, serta Ehud Olmert.

Yang paling mutakhir adalah tindak kekerasan serta kebiadaban tentara mereka saat memperlakukan lebih dari 600 aktivis kamanusiaan di atas kapal berbendera Turki, "Mavi Marmara". Kapal yang, antara lain mengangkut tak kurang dari 12 aktivis kamanusiaan berkewarganegaraan Indonesia (WNI) itu untuk menyalurkan bantuan ke kawasan Gaza Palestina, menjadi bulan-bulanan kekerasan Si Yahudi. Tak peduli, kapal masih berada di perairan internasional, bukan dalam yurisdiksi Israel.

Maka, tumpahlah sumpah serapah, laknat, serta kutukan yang sekali lagi dialamatkan kepada mereka karena kegemaran mereka akan tindak kekerasan. Termasuk, dari Pemerintah Indonesia, yang mohon maaf, untuk kesekian kalinya hanya bisa mengutuk dan mengutuk. Tindakan yangjuga dilakukan bangsa dan negara lain. Bahkan, karena kesal tak menemukanalternatif paling meyakinkan, kita kadang terjebak untuk mengutuk diri sendiri setelah mengutuk Israel yang tak mempan dikutuk.

Dalam Alquran dijelaskan bahwa di antara semua Nabi Bani Israel, adalah Nabi Daud AS dan Nabi Isa AS yang tergolong paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penganiayaan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa AS mencapai puncaknya ketika terjadi aksi pemboikotan dan pengejaran Isa as dan kaumnya yang berbuntut pada penyaliban Yudas. Penderitaan yang sama menyedihkannya juga dialami oleh Nabi Daud AS karena mereka tidak tahu berterima kasih. Simaklah, hal itu akan terpantul di dalam maz-murnya yang sangat menyayat hati.

Dengan penuh kepedihan. Nabi Daud dan Nabi Isa mengutuk mereka. KUTUKAN Nabi Daud mengakibatkan orang-orang Bani Israel dihukum Nebukadnezar, yang menghancurleburkan Yerussalem dan membawa bangsa Israel sebagai tawanan pada 556 SM.

Dan, akibat KUTUKAN Nabi Isa, Israel diluluhlan-takkan oleh Titus, yang menaklukkan Yerusalem sekitar tahun 70 Masehi, dan menodai rumah ibadah dengan menyembelih babi, binatang yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi, di dalamnya.

Bahkan, dari sebanyak 32 buah pecahan istilah "la'nat/kutuk" dalam Alquran, yang pertama-tama menjadi objek kutukan atau pelaknatan adalah BANGSA ISRAEL. Kitab Al-Mujamum Mufahros LiAlfaadzil Quran, menyebut ayat (78) surah Al-Maidah yang berbunyi luinalladzinna kafaruu min banli israel..."-"Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israel." Jadi, kutukan lewat Nabi Daud AS itu, antara lain dapat ditemukan dalam Mazmur 53-78 dan 109, sementara kutukan Lewat Lisan Nabi Isa dapat ditemukan di banyak tempat dalam kitab Perjanjian Baru.

Petikan ayat dalam surah Al-Maidah tersebut menunjukkan betapa Bangsa Israel memang sudah menjadi bahan cercaan, kutukan, dan lak-natan sejak dahulu kala, jauh sebelum lahirnya peradaban modern. Mereka juga termasuk bangsa yang paling sering "berhubungan" dengan Tuhan, bukan apa-apa, tapi karena suka menumpahkan darah dan merusak tatanan kehidupan serta penista-an terhadap kesucian firman-Nya. Bukti lainnya, adalah bahwa tidak ada satu pun ayat dalam Alquran yang secara denotatif menyebut bangsa yang dikutuk selain nama "ISRAEL".

Bahkan, tak kurang dari sebanyak 43 kali nama Israel juga disebut-sebut dalam Alquran. Alangkah seringnya. Diawali dengan ayat (40) surah Al Baqarah. ketika Allah mengingatkan Bani Israel agar menyukuri nikmat-Nya karena kelebihan yang mereka miliki, hingga yang terakhir di ayat (14) surah As-Shaff, yang menjelaskan betapa bangsa tersebut telah menjelma sebagi kelompok pengkhianat. Bani Israel pulalah yang berkali-kali mengikat perjanjian dengan Tuhan, tetapi setiap kali berikrar setiap kali itu pula mereka mengkhianatmya.

Di era modern, semuanya berawal dari tahun 1917, ketika Menlu Inggris. Arthur J Balfour, menerbitkan Deklarasi Balfour yang menyatakanperlunya dibentuk negara sendiri untuk kaum Yahudi di Palestina. Maka sejak 1929, mulailah serangkaian pemberontakan dilancarkan oleh orang-orang Palestina, menentang berdinnnya negara Yahudi itu. Bahkan, November tahun 1947. Majelis Umum PBB memutuskan untuk membagi Palestina menjadi dua bagian Yahudi dan Palestina.

Israel menerima keputusan tersebut, tetapi Palestina dan negara-negara Arab menolak keras. Karena dasar itulah, pada 1948. David Ben Gurion memproklamasikan negeri zion itu. Maka, jalin kelindan peristiwa terus memakan korban, hingga akhirnya semua mata kembali terbelalak ketika kapal "Mavi Marmara" dikangkangi Israel. Turki, satu-satunya kawan terdekat di kawasan, marah besar kepada Israel. Kalau Turki saja bisa, kenapa Indonesia yang mengaku karib dekat Amerika Serikat, tidak menyeret Israel ke Mahkamah Internasional? Bukankah ada WNI yang dinistakan di Mavi Marmara? Wallaahu Alambishshawaab.


Sumber : http://www.situslakalaka.blogspot.com/

Minggu, 01 Mei 2011

Menemukan Islam dari Alquran Curian


Melihat keluarga Danny Herman de Annan, kita seperti melihat keluarga Amerika kebanyakan. Pagi mereka dimulai pukul 06.30. Mereka sarapan pagi bersama, sebelum semua anggota keluarga bubar jalan ke tempat aktivitas masing-masing.

Yang membedakan: begitu bangun, seluruh anggota keluarga berwudlu untuk kemudian shalat subuh bersama. Bagi De Annan, keluarga adalah surga di dunia baginya. Membentuk keluarga seperti sekarang, tak pernah ada dalam bayangannya.

Danny Herman de Annan, kini 33 tahun, lahir di Queens, New York. Ayah dan ibunya berkewarganegaraan Puerto Rico, yang membesarkan anak-anaknya sebagai seorang Katolik.

Besar di AS, de Annan sempat mengalami "salah gaul". Ia bergabung dengan geng remaja dan kerap melakukan kejahatan jalanan. Satu kasus mengantarkannya mendekam di penjara.

Berada di balik dinding penjara, de Annan mempunyai banyak waktu untuk merenung. "Saya di sini. Hidup dalam kandang seperti hewan," katanya menceritakan pergulatan batinnya saat itu. "Saya tidak ingin seperti ini lagi."

Di penjara, ia mulai mengenal Tuhan. Ia belajar banyak agama dari sesama tahanan. Ia juga punya lebih banyak waktu untuk menelaah beberapa bacaan.

Perubahan yang signifikan dalam hidupnya, dimulai saat ia membaca Alquran yang diam-diam dicurinya dari perpustakaan penjara. Lama ia merenungi terjemahan Alquran itu. Dalam benaknya, ia mulai mengakui dan cocok dengan konsep ketuhanan dalam Islam.

Hidayah ditindaklanjutinya setelah masa hukumannya selesai. Ia rajin mendatangi diskusi keislaman. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menerima Islam.

Pada saat itu Danny sudah mulai berhenti minum dan merokok. Seorang teman memperkenalkannya kepada para pemimpin agama di Islam Education Center di North Bergen.

Proses pengislamannya lumayan unik. Para imam di islamic Center itu tak serta merta menuruti keinginan de Annan untuk masuk Islam. Mereka ingin, ia berislam dengan kesungguhan hati, bukan karena terbawa suasana atau emosi.

Ketika itu, semua orang di ruang shalat, mengatur barisan shalat. Danny diinstruksikan untuk duduk dan melihat saja. Namun ia tergerak. "Saya tidak mau menunggu sembilan bulan lagi dengan hanya menonton orang lain shalat sementara saya tidak," katanya. Ia pun minta diislamkan sebelum shalat dimulai. Sejam kemudian, dia ada di dalam barisan shaf, menunaikan shalat.

De Annan menggunakan nama Muslim Abdullah, atau 'hamba Allah' dan mulai memperkenalkan Islam kepada orang tua dan saudara. Mereka kini memeluk Islam.

Beberapa tahun setelah menjadi Muslim, de Annan menemukan tambatan hatinya, seorang mualaf kelahiran Amerika Serikat, Mark Lay. Dengan Lay lah, ia kini bahu-membahu menjaga "surga" mereka; rumah tangga dengan tiga anak.


Sumber :

7 x Naik Haji Tidak Dapat Melihat Ka'bah


Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang dengan ajakan anaknya itu. Sebagai muslim yang mampu secara material,mereka memang berkewajiban menunaikan ibadah Haji. Segala kelengkapan sudah disiapkan.

Ibu anak-anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci. Keadaan keduanya sihat walafiat, tak kurang satu apapun. Tiba harinya mereka melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah, Tuhan Semesta Alam. "Labaik Allahuma labaik, aku datang memenuhi seruanMu ya Allah".

Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, "Ummi undzur ila Ka’bah (Bu, lihatlah ka’bah)." Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarna hitam itu. Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi dia terdiam. Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh anaknya.

Hasan kembali membisiki ibunya. Ia tampak bingung melihat raut wajah ibunya. Di wajah ibunya tampak kebingungan. Ibunya sendiri tak mengerti mengapa ia tak bisa melihat apapun selain kegelapan. beberapakali ia mengusap-usap matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan.

Padahal, tak ada masalah dengan kesihatan matanya. Beberapa minit yang lalu dia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gulita. Tujuh kali Haji Anak yang sholeh itu bersimpuh di hadapan Allah. Ia shalat memohon ampunan-Nya. Hati Hasan begitu sedih. Siapapun yang datang ke Baitulah, mengharap rahmatNYA.Terasa hampa menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan segala kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya.

Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugerah-Nya, dengan menatap Ka’bah, kelak. Anak yang soleh itu berniat akan kembali membawa ibunya berhaji tahun depan. Ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya.

Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya kembali dibutakan didekat ka’bah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan symbol persatuan umat Islam itu. Wanita itu tidak dapat melihat Ka’bah. Hasan tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci tahun berikutnya. Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka’bah. Setiap berada di Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah gelap dan gelap.

Begitulah keganjilan yang terjadi pada diri Sarah. hingga kejadian itu berulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji.Hasan tak habis fikir, dia tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya menjadi buta di depan Ka’bah. Padahal, setiap kali berada jauh dari Ka’bah, penglihatannya selalu normal. Dia bertanya-tanya, apakah ibunya punya kesalahan sehingga mendapat azab dari Allah SWT ?. Apa yang telah diperlakukan ibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu ? Segala pertanyaan berkecamuk dalam dirinya.

Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama, yang dapat membantu permasalahannya. Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal kerana kesohlehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat). Tanpa kesulitan bererti, Hasan dapat bertemu dengan ulama yang dimaksud. Ia pun mengutarakan masalah kepada ulama yang soleh ini. Ulama itu mendengarkan dengan saksama, kemudian meminta agar Ibu Hasan perlu menelefonnya.Anak yang berbakti ini pun pulang. Setibanya di tanah kelahirannya, dia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu Dhabi tersebut.

Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya. Ia pun menelefon ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di tanah suci. Ulama itu kemudian meminta Sarah introspeksi, mengingat kembali, mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya di masa lalu, sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah. Sarah diminta untuk bersikap terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya. "Anda harus berterus-terang kepada saya, karana masalah anda bukan masalah senang," kata ulama itu pada Sarah.

Sarah terdiam sejenak. Kemudian dia meminta waktu untuk memikirkannya. Tujuh hari berlalu, akan tetapi ulama itu tidak mendapat sebarang khabar dari Sarah. Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Sarah menelefon. "Ustaz, waktu masih muda, saya bekerja sebagai jururawat di rumah sakit," cerita Sarah akhirnya. "Oh, bagus….. Pekerjaan jururawat adalah pekerjaan mulia," potong ulama itu.

"Tapi saya mencari wang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak peduli, apakah cara saya itu halal atau haram," ungkapnya terus terang. Ulama itu terkejut. Ia tidak menyangka wanita itu akan berkata demikian.

"Disana…." sambung Sarah, "Saya sering kali menukar bayi, karana tidak semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan, dengan imbuhan wang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan mereka."

Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah. "Astagfirullah……" betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu yang diberi amanah Allah untuk melahirkan anak. bayangkan, betapa banyak keluarga yang telah dirosaknya, sehingga tidak jelas nasabnya.

Apakah Sarah tidak tahu, bahawa dalam Islam menjaga nasab atau keturunan sangat penting. Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidak jelas. Padahal, nasab ini sangat menentukan dalam perkawinan, terutama dalam masalah mahram atau muhrim, iaitu orang-orang yang tidak boleh dinikahi."Cuma itu yang saya lakukan," ucap Sarah. "Cuma itu ?" tanya ulama terperanjat.

"Tahukah anda bahawa perbuatan anda itu dosa yang luar biasa, betapa banyak keluarga yang sudah anda hancurkan!". ucap ulama dengan nada tinggi."Lalu apa lagi yang Anda kerjakan? "tanya ulama itu lagi sedikit kesal. "Di rumah sakit, saya juga melakukan tugas memandikan orang mati." "Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia," kata ulama. "Ya, tapi saya memandikan orang mati karana ada kerja sama dengan tukang sihir."

"Maksudnya?" tanya ulama tidak mengerti. "Setiap saya bermaksud menyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau sakit, segala perkakas sihir itu sesuai dengan syaratnya, harus dipendam di dalam tanah. Akan tetapi saya tidak menguburnya di dalam tanah, melainkan saya masukkan benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati."

"Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan lain-lain ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu seperti terpental, tidak hendak masuk, walaupun saya sudah menekannya dalam-dalam. Benda-benda itu selalu kembali keluar. Saya cuba lagi begitu seterusnya berulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu dan saya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan."

Mendengar pertuturan Sarah yang datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak marah. "Cuma itu yang kamu lakukan ?". "Masya Allah….!!! Saya tidak dapat bantu anda. Saya angkat tangan".Ulama itu amat sangat terkejutnya mengetahui perbuatan Sarah. Tidak pernah terbayang dalam hidupnya ada seorang manusia, apalagi dia adalah wanita, yang memiliki nurani begitu tega, begitu keji. Tidak pernah terjadi dalam hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu. Akhirnya ulama itu berkata, "Anda harus memohon ampun kepada Allah, kerana hanya Dialah yang dapat mengampuni dosa Anda."

Bumi menolaknya.

Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian ulama tidak mendengar khabar selanjutnya dari Sarah. Akhirnya ia mendapat tahu dengan menghubunginya melalui telepon. Ia berharap Sarah telah bertaubat atas segala yang telah diperbuatnya. Ia berharap Allah akan mengampuni dosa Sarah, sehingga Rahmat Allah datang kepadanya.Kerana tak juga memperoleh khabar, ulama itu menghubungi keluarga Hasan di Mesir.

Kebetulan yang menerima telepon adalah Hasan sendiri. Ulama menanyakan khabar Sarah,ternyata khabar duka yang diterima ulama itu. "Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelefon ustad," ujar Hasan. Ulama itu terkejut mendengar khabar tersebut. "Bagaimana ibumu meninggal, Hasan ?". tanya ulama itu.

Hasan pun akhirnya bercerita : Setelah menelefon ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Yang mengejutkan adalah peristiwa penguburan Sarah. Ketika tanah sudah digali, untuk kemudian dimasukkan jenazah atas izin Allah, tanah itu rapat kembali, tertutup dan mengeras. Para penggali mencari lokasi lain untuk digali. Peristiwa itu berulang kembali. Tanah yang sudah digali kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa itu berlangsung begitu cepat, sehingga tidak seorangpun penghantar jenazah yang menyedari bahawa tanah itu kembali rapat.

Peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Para penghantar yang menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan merasakan sesuatu yang aneh terjadi.Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah berkaitan dengan perbuatan si mayat. Waktu terus berlalu, para penggali kubur putus-asa kerana pekerjaan mereka tak juga selesai. Siang pun berlalu, petang menjelang, bahkan sampai hampir maghrib, tidak ada satu pun lubang yang berhasil igali. Mereka akhirnya pasrah, dan beranjak pulang. Jenazah itu dibiarkan saja tergeletak di hamparan tanah kering kerontang.

Sebagai anak yang begitu sayang dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak tega meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu tanpa dikubur. Kalaupun dibawa pulang, rasanya tidak mungkin. Hasan termenung di tanah perkuburan seorang diri. Dengan izin Allah, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang berpakaian hitam panjang, seperti pakaian khusus orang Mesir.

Lelaki itu tidak tampak wajahnya, kerana terhalang tutup kepalanya yang menjorok ke depan. Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata padanya," Biar aku tangani jenazah ibumu, pulanglah!". kata orang itu.

Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu akan menunggu jenazah ibunya. Syukur-syukur menggali lubang dan kemudian mengebumikan ibunya. "Aku minta supaya kau jangan menengok ke belakang, sampai tiba di rumahmu, "pesan lelaki itu. Hasan mengangguk, kemudian ia meninggalkan pemakaman.

Belum sempat ia di luar lokasi pemakaman,terselit keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan jenazah ibunya. Sedetik kemudian ia menengok ke belakang. Betapa pucat wajah Hasan, melihat jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu menyelimuti seluruh tubuh ibunya. Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari arah yang berlawanan, api menerpa wajah Hasan. Hasan ketakutan.Dengan langkah seribu, dia pun bergegas meninggalkan tempat itu. Demikian yang diceritakan Hasan kepada ulama itu. Hasan juga mengaku, bahwa separuh wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas kehitaman kerana terbakar.

Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita yang diungkapkan Hasan. Dia menyarankan, agar Hasan segera beribadah dengan khusyuk dan meminta ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh ibunya.

Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakan kepada Hasan, apa yang telah diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu. Ulama itu meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan izin Allah akan hilang. Benar saja,tak berapa lama kemudian Hasan kembali memberitahu ulama itu, bahawa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas luar biasa, semakin hari bekas kehitamannya hilang. Tanpa tahu apa yang telah dilakukan ibunya selama hidup, Hasan tetap mendoakan ibunya. Ia berharap, apapun perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni oleh Allah SWT.

Semoga kisah nyata dari Mesir ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Wang $50.000 atau $50 kelihatan begitu besar bila dibawa ke kotak derma masjid, tetapi begitu kecil bila kita bawa ke supermarket. 45 minit terasa terlalu lama untuk berzikir tapi betapa pendeknya waktu itu untuk pertandingan bola sepak. Semua insan ingin memasuki syurga tetapi tidak ramai yang berfikir dan berbicara tentang bagaimana untuk memasukinya.

Kita mengirimkan ribuan ‘jokes’ dan ‘surat berantai’ melalui e-mail tetapi bila mengirimkan yang berkaitan dengan ibadah seringkali berfikir 2 atau 3 kali.

OLEH ITU JANGAN BIARKAN DIRI KITA INI MENJADI SEBAHAGIAN DARI KELUCUAN TERSEBUT, INSYA’ALLAH.


Sumber : http://situslakalaka.blogspot.com/